Senin, 10 Agustus 2015

Arti dari Sebuah Keluarga

Dimana-mana pasti seorang anak menginginkan orang tua yang lengkap, ada bapak dan ibu serta saudara. Semua anak tentu saja mengiginkannya termasuk Intan sendiri yang masih manusia biasa. Namun, takdir tidak mengizinkan itu semua. Memang perjalanan seseorang tidak akan mulus seperti yang diharapkan. Kita tidak boleh mengeluh dan berputus asa ketika menerima apa saja yang telah ditakdirkan tuhan kepada kita. Jika kita menyadari benar apa yang kita alami, kita bisa mengerti bahwa ada makna dibalik semua hal tersebut. 

Dulu, Intan mempunyai orang tua yang sangat sayang dan tulus mencintai saya. Mereka berdua saling jatuh cinta dan menyayangi satu sama lain sampai mempunyai anak cantik seperti saya dan ganteng seperti adik saya. Hehe :p Saya menyebut mereka dengan nama bapak (panggilan untuk ayah) dan mama (panggilan untuk ibu). Kalau dilihat dari nama yang saya panggil "bapak-mama" memang kelihatan tidak serasi, tapi cocok kok. Hehe. 

Sedari kecil saya kebanyakan ditemani dan dititipkan di rumah nenek ataupun rumah saudaranya bapak karena mama dan bapak saya sangat sibuk dengan pekerjaannya. Maklum mereka berdua menikah usia muda, jadi harus mencari banyak nafkah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Waktu Tk, saya disekolahkan di dekat tempat bapak mengajar. 


Bapak menjadi guru yang pekerjaannya menurut saya enak banget. Muridnya sedikit tapi mengajarnya juga pakai tehnik yang berbeda karena beliau mengajar anak cacat di SLB / Sekolah Luar Biasa.  Benar-benar merupakan pekerjaan yang terpuji. Mama juga mempunyai pekerjaan yang mulia. Beliau mengajarkan pelajaran pada anak-anak SD / sekolah dasar. Keduanya sama-sama pegawai negeri yang mengabdikan diri pada negara. 

Saat saya mulai beranjak agak besar tepatnya sewaktu sekolah SD, hari-hari terasa lebih ramai karena adik saya laki-laki telah lahir. Dia imut banget waktu bayi, sulit banget makannya, sukanya ngileran dan suka dijemur di bawah sinar matahari sama bapak. :D Waktu liburan keluarga, kami sering berwisata ke tempat-tempat menarik yang ada di Malang seperti Sengkaling dan Selecta. Ya walaupun orang tua saya hanya mengantarkan saja tapi mereka juga senang melihat anaknya bermain. 

Seiring berjalannya waktu, ada ombak besar yang mengganggu perjalanan hidup keluarga kami. Mama dan Bapak sering bertengkar.  Entah karena persoalan apa, dulu saya hanya anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Sampai suatu hari, saya melihat bapak menjemput saya dengan raut wajah sedih. Ketika saya dibonceng, bapak mengatakan kata-kata yang membuat saya kaget dan bertanya-tanya. Dia seolah-olah berpamitan kepada saya bahwa dia tidak bisa hidup bersama-sama lagi seperti dulu. Dengan perasaan bingung serta gundah gulana. Sayapun mengataka 'iya' saja tanpa pikir panjang.

Selang beberapa hari, Bapak yang satu kamar dengan saya mengepak baju-bajunya. Bapak berpamitan pada semua orang yang ada di rumah. Dengan menangis terisak-isak saya menggenggam dan menarik tangan bapak supaya tidak pergi dari rumah, tapi langkahnya tidak bisa dihentikan. Lalu saya bertanya pada Mama. Apa Bapak nanti kembali? Mama hanya menjelaskan bahwa Bapak dan Mama ternyata memutuskan untuk berpisah. Sekarang Bapak sudah tidak bisa tinggal bersama kami lagi. 

Sejak saat itu saya merasakan sesuatu yang hilang dari hidup saya. Bagaimana tidak? Sejak dulu Bapak yang menjemput dan mengantarkan saya sekolah, sekarang saya tidak bisa melihat wajahnya lagi sepulang sekolah, tidak bisa curhat ataupun menceritakan kejadian-kejadian di sekolah. Biasanya Bapak juga yang mengajak saya bermain badminton, bermain catur, bermain layang-layang bersama adik, menemani saya menonton film horror, membangunkan saya ketika subuh, memasakkan kami bakmi atau mie kecap kesukaannya dengan ucapan khas "selamat makan." Bapak yang selalu memarahi saya dengan ekspresinya, tertawanya yang lucu terkadang juga membuat saya kangen. Beberapa hari lamanya saya menangis karena kepergian Bapak.

Namun lama-kelamaan saya mengerti tentang keadaan ini. Walaupun bapak dan saya tidak satu rumah lagi, tapi hati dan batin saya masih terikat kuat dengannya. Kami juga masih sering bertemu. Dia juga tetap bertanggung jawab menafkahi keluarga kami tiap bulan. Status kamipun tidak berubah karena tidak ada yang namanya mantan anak, Bapak juga akan menjadi Bapak saya selamanya. Dia bahkan selalu mendukung apa saja yang saya lakukan. 

Semenjak hidup kami berpisah dari Bapak, kami  berdua (saya dan adik) hidup bersama Mama. Mama sebagai seorang Ibu berusaha sebaik mungkin agar anak-anaknya bisa tumbuh dan hidup dengan baik. Rasa kasih sayang Mama sangat besar. Dia terkadang juga memerankan peran ganda untuk mengisi peran Bapak sekaligus peran Ibu bagi kami berdua. Pengorbanannya sangat panjang sampai menjadikan kami anak yang sukses seperti sekarang. 

Saya ingat pernah melihat foto-foto di album foto dulu. Sayang sekarang album fotonya hilang, mungkin termakan api ketika rumah kebakaran dulu. Foto-foto tersebut hanya bisa dilihat dari memori sebagai suatu kenangan indah yang tak terlupakan. Di album itu, saya melihat kami berempat (mama, bapak, saya dan adik) seperti keluarga yang bahagia. Senyum kami yang merekah dan lebar merupakan sebuah tanda bahwa kami sangat senang dan menikmati masa-masa itu. Inilah satu-satunya foto yang masih bisa dilihat sampai sekarang.

Arti dari Sebuah Keluarga

Kalau dipikir-pikir lagi, saya masih tergolong manusia yang beruntung karena masih mempunyai orang tua yang lengkap. Mereka semua masih bisa ditemui, lain lagi dengan seseorang yang dari lahir sudah tidak mempunyai keluarga. Mereka tidak bisa merasakan hangatnya kasih sayang dari keluarga ataupun orang tua. Di dalam keluarga, kita bisa menjadi diri sendiri, apa adanya dan leluasa. Keluarga memang tidak selalu rukun dan harmonis, tapi juga ada pertengkaran, perkelahian, perdebatan dan juga penyesalan. Itulah serunya mempunyai sebuah keluarga, kita bisa tertawa bareng, menangis bareng, berkelahi bareng, rukun bareng dan saling menyayangi satu sama lain.

Sekarang Mama dan Bapak saya mempunyai keluarga masing-masing yang tandanya keluarga saya juga semakin besar. Walaupun dulu saya sempat mengeluh dan iri melihat keluarga teman-teman saya yang masih utuh dan harmonis, sekarang saya sudah bisa mengikhlaskannya. Saya sangat bersyukur kepada Allah SWT karena Bapak dan Mama saya masih menyayangi kami seperti dahulu saat kami masih bersama. Keluarga saya juga lebih harmonis daripada sebelumnya. Love you so much Bapak, Mama dan Adik. Terima kasih sudah melahirkan  membesarkan dan menemani saya di dunia ini. Saya sangat bangga memiliki kalian semua di hidup saya. 

0 comments

Posting Komentar