Kamis, 13 Agustus 2015

Keinginan Saya untuk Belajar Bahasa Asing

Dari dulu, Intan suka sekali dengan bahasa-bahasa asing yang ada di dunia. Bahasa dunia memang banyak dengan keunikannya yang bermacam-macam. Logatnya juga lucu-lucu. Bahasa asing yang masuk ke Indonesia kebanyakan karena terbawa arus drama asing, ngetrend, dan juga perusahaan-perusahaan asing yang semakin lama semakin menjamur di negara kita.

Dulu waktu zamannya SD dan SMP, saya suka sekali yang namanya drama taiwan. Di salah satu stasiun televisi Indonesia tiap malam atau sore harinya pasti rutin menayangkan drama romantis dari Taiwan. Yang paling saya suka waktu itu adalah Meteor Garden. Pemainnya ada 4 orang pria yang ganteng-ganteng. Hampir semuanya saya suka. Namun yang paling saya sukai sekarang ini hanya Vic Zhou seorang. Haha.

Di zaman SMP saya masih belum ada bahasa asing saat itu, jika ada pasti saya pilih bahasa Mandarin agar saya bisa berbicara dengan idola saya nantinya. Walaupun SMP gak keturutan untuk belajar bahasa mandarin, waktu SMA kelas 1 akhirnya keinginan saya sudah bisa terlaksana karena di sekolah saya mulai kelas 1 SMA sudah harus memilih bahasa asing yang harus disukai dan dipelajari. 

Namanya aja lagi heboh-hebohnya F4 di Indonesia, apalagi dulu personel F4 juga pernah ke sini. Pertama saya belajar bahasa mandarin yang hurufnya seperti benang ruwet, ditambah lagi huruf mandarin itu kanjinya banyak banget, yang serunya juga pada huruf mandarin ada nadanya. Satu huruf yang berbeda nada bicaranya, berarti berbeda juga artinya. Nada huruf mandarin ada 4 macam, ada yang naik, turun, dan apalagi ya lupa. Haha. Sudah lama tidak belajar sih. Kalau tidak bisa belajar dengan sungguh-sungguh pasti sudah menyerah di tengah jalan.

Waktu SMA saya belajar dengan rajin sehingga hasil ulangan dan tes-tes bahasa mandarin saya alhamdulillah bisa dapat bagus. Dulu saya tidak tahu apa gunanya belajar bahasa asing seperti bahasa Inggris dan Mandarin ini, tapi lama kelamaan saya menyadari setelah saya masuk ke jurusan sastra Jepang di Universitas Brawijaya. Sebenarnya gak nyambung juga antara belajar mandarin terus nekat masuk kampus buat belajar bahasa Jepang. Mungkin takdir yang menjuruskan saya untuk masuk kesana. 

Tahun 2009 saya masuk UB dengan jalur SPMB. Maunya masuk tahun 2008 tapi karena sakit demam berdarah berminggu-minggu di opname apalagi waktunya bertepatan dengan ujian masuk Universitas. Yah saya pasrahkan saja dengan Allah SWT. Saya ambil jurusan sastra Jepang itupun karena tertarik karena komiknya. Ketika masih kelas 3 SMA saya hobi banget mengoleksi komik, terutama komik-komik remaja dan romantis termasuk Nakayoshi.

Ternyata oh ternyata masuk sastra Jepang itu dosennya kibishi banget alias disiplin. Mungkin karena terbawa budaya Jepang. Semua mahasisiwanya digembleng habis-habisan untuk belajar huruf dasar seperti katakana dan hiragana. Semua dituntut agar bisa belajar dengan cepat dan tepat. Paling tidak belajar minimal 4 minggu sudah harus bisa baca tulis. 

Saya yang termasuk mahasiswa paling bodoh saat iu. Hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tulisan bahasa Jepang yang aneh. Belum lagi, saya kehabisan buku paket karena jumlahnya saat itu terbatas. Waktu ditanya-tanya sama dosen, saya hanya bisa tersenyum karena tidak nyambung apa yang diomongkan. Parahnya lagi saya belum bisa berbaur dengan teman-teman yang sudah pintar bahasa Jepang. Saya hanya bisa berkumpul dengan teman-teman yang sama-sama tidak bisanya. Haha. Bisanya cuma bingung doang.

Sampai suatu ketika saya termasuk murid yang mengoleksi nilai tes 0 paling banyak. Akhirnya salah satu dosen membentak saya dengan ancaman "jika kamu tidak bisa membaca dan menulis hiragana katakana, lebih baik minggu depan tidak perlu mengkuti kelas saya." Betapa syoknya saya pada hari itu. Rasanya ingin menangis dan berteriak. Bukannya saya malas belajar, tapi saya tidak mempunyai buku paket untuk belajar. Sudah pernah mencoba untuk pinjam teman sana-sini tapi karena belum terlalu kenal, mereka tidak mengizinkan saya (Padahal saya juga sempat pinjam sama anak yang sudah pintar bahasa Jepangnya, tapi dia pelit sekali!!!!!). 

Untung saja ada dosen pembimbing saya yang berjiwa malaikat memberikan saya bimbingan belajar dengan seorang teman karena mengetahui nilai saya yang menyedihkan. Bimbingannya cukup sederhana, kami hanya diperintah untuk menulis kembali beberapa hiragana dan katakana yang sudah disediakan oleh beliau. Bukan hanya menulis saja, tapi secara tidak langsung saya juga berlatih membaca huruf hiragana dan katakana. 

Sejak saat itu saya rajin berlatih tiap malam. Hampir setiap harinya saya tidur jam 2 malam hanya karena mengerjakan tugas menulis kembali hiragana katakana tersebut. Walaupun terlihat sulit dan melelahkan, tapi saya cukup senang dengan prosesnya. Setelah saya 1 minggu berlatih dan tibalah saatnya masuk ke kelas yang pernah mengusir saya. Dosen killer teersebut menyuruh saya membaca 2 paragraf yang dulu saya tidak bisa membacanya. 

Di kala itu, saya seperti mendapat sebuah miracle atau keajaiban. Seperti seseorang yang buta, lalu bisa melihat dan mengerti keindahan dunia. Saat itu saya bisa membaca dengan benar dan semua teman-teman saya heran. Apalagi dosen saya yang sepertinya illfeel malah ketawa-ketawa melihat saya bisa membaca. haha. Alhamdulillah. Sejak saat itu saya tidak dipandang sebelah mata lagi, bahkan bilai saya bisa bersaing dengan anak-anak pintar kala itu. Nilai 0 pun sudah terhenti dan bertambah jumlahnya menjadi 100. Sampai sekarang alhamdulillah bahasa Jepang juga lumayan menguasai.

Jika kita yakin, mau berusaha keras, dan berdoa, insya Allah mimpi atau keinginan kita akan berhasil. Kerja keras kita juga tidak akan sia-sia.

Semakin lama belajar bahasa Jepang. Saya semakin menyadari untuk apa gunanya menguasai bahasa asing seperti ini. Banyak sekali teman-teman masuk ke sastra Jepang hanya untuk mengimbangi dan mengisi lowongan-lowongan dari perusahaan Jepang yang membutuhkan. Misalnya seperti menjadi translater, penerjemah komik atau novel bahasa Jepang, menjadi pemandu wisata, kadang ada juga yang ingin kerja di Jepang atau melanjutkan kuliah S2 disana. Walaupun begitu banyak juga ujung-ujungnya yang malah jadi TKI disana. Memang itu hak kita sebagai manusia untuk memilih pekerjaan, tapi pernahkah anda berpikir tentang negara Indonesia.

Saya pernah berfikir kalau kerja di luar negeri itu menyenangkan, banyak gajinya dan tempat wisatanya juga bagus-bagus. Apalagi kalau negara tersebut mempunyai 4 musim. Hmm. Padahal Indonesia sendiri yang iklimnya tropis banyak disukai negara luar karena iklim tropis itu jarang yang punya, tumbuhan dan tanaman juga tumbuh subur, beraneka hewan juga bisa ditemukan disini. Sebenarnya Indonesia sendiri sudah kaya, sayang banget kalau kita tidak menyadarinya.

Jika kita tahu bahasa asing merupakan sebuah sarana yang tepat untuk memperkenalkan negara kita ke dunia Internasional, bahkan mungkin bisa menjadi bahasa Internasional di dunia jika rakyat kita bisa mempopulerkan atau mengajarkan bule-bule bahasa Indonesia. Bukan malah sebaliknya, masyarakat kita yang harus belajar negara orang lain. Layaknya masyarakat Jepang yang ngakunya tidak bisa bahasa Inggris, jadi para bule yang mau masuk ke negara sakura tersebut mau tidak mau harus belajar bahasa Jepang. Bahasa Indonesia juga bisa kita promosikan lewat subtitle-subtitle film Indonesia yang bisa kita terjemahkan ke bahasa negera lain, jadi setidaknya mereka juga bisa dan menyukai film-film produk Indonesia. 

So, belajar bahasa asing bukan berarti menyukai negara lain saja. Justru dengan bahasa asing, kita bisa membuat Indonesia semakin maju. Mumpung sudah tanggal 13 agustus dan tinggal 1 minggu lagi kita merayakan ulang tahun Indonesia. Intan mengucapkan Selamat Ulang Tahun Indonesiaku, Tanah Air Indonesia, Aku bangga menjadi orang Indonesia!

0 comments

Posting Komentar